Minggu, 09 November 2008

menanti kematian

malam itu ... kamis, 6 nov 2008, pertama menjejakkan kaki di desa tenggulun, kecamatan solokuro, lamongan, dalam tugas meliput rangkaian eksekusi mati amrozi, dan ali gufron, dua terpidana mati kasus bom bali 1, asal desa tersebut ... entah mengapa, tak seperti biasanya, teman2 wartawan yang berkumpul di jembatan, tak jauh dari ponpes al-islam, pondok pesantren milik keluarga besar amrozi tak menjawab sapaan ceriaku ... adakah yang salah? ... ya ... mereka kemudian memintaku untuk menutup kepala dengan kerudung ... aku-pun menurutinya ... begitulah ... jika tidak ingin diteriaki "kafir!" oleh para penghuni ponpes ... dan selanjutnya ... suasana terasa mencekam ...


ini adalah kali kedua aku bertugas meliput soal eksekusi mati ... sebelumnya ... akhir juli lalu, aku mendapat tugas untuk meliput eksekusi ibu, dan anak terpidana mati atas kasus pembunuhan sekeluarga, sumiarsih, dan sugeng ...


dan ini sekaligus memaksa aku berada di sebuah titik bernama penantian ...


menanti kematian ...

tugas ini terasa berat ... bukan hanya berat karena harus menaklukkan akses yang tertutup untuk mendapat secuil informasi ... tapi juga berat ... karena di saat lelah menyergap, ataupun kebosanan melanda, sering kali aku berharap agar tugas ini cepat selesai ... namun ... seketika itu juga hati ini miris ... miris karena setiap kali berharap demikian, maka itu berarti mengharapkan kematian segera menjemput seseorang ...


kematian yang tentunya sangat dihindari ...
seperti yang dialami sugeng ... yang puluhan tahun lalu terpaksa membantu sang ibunda menghabisi nyawa sebuah keluarga ... beberapa hari sebelum sugeng dieksekusi, aku juga sempat mewawancarainya ...

hingga akupun sempat merasa dekat dengan sosok sugeng, sugeng yang mencoba tegar di tengah kelelahan saat berkejaran dengan kematian ... sugeng yang sekaligus rapuh karena menyadari sebentar lagi kematian pasti
berhasil menangkapnya ... sugeng, yang akhirnya harus menyerah kalah pada kematian, melalui sebutir peluru yang merobek dadanya ...


menanti kematian ...
membuat aku tersadar, betapa semakin dekatnya aku dengan kematian ...

2 komentar:

admin mengatakan...

liputan yang bagus mbak..
saya tertegun baca kalimat yang terakhir..

menanti kematian ...
membuat aku tersadar, betapa semakin dekatnya aku dengan kematian ...


waduuhhh...ga bisa ngomong...

santika saraswati pribadi mengatakan...

terima kasih ...

hmmm ...
apapun itu, semoga bisa jadi pelajaran, dan peringatan buat kita ...